Catur Dan Orang-Orang Di Balik Layar

Masih terekam jelas di memori, dalang di balik kertas ini. Kang Jito. Begitulah, aku memanggil almarhum. Tetangga depan rumah yang mengajari...

Masih terekam jelas di memori, dalang di balik kertas ini. Kang Jito. Begitulah, aku memanggil almarhum. Tetangga depan rumah yang mengajariku secara gratis tentang permainan yang satu ini. Jangan tanya seberapa sering aku menang dari beliau. Tentu bisa dihitung jari dari ratusan permainan yang kami lakukan. Tapi dari situ aku tak pernah menyerah untuk mengalahkannya. Hingga akhirnya, beliau harus tutup usia tanpa ada kata pamit padaku. Semua begitu cepat. 2016 lalu saat pulang kampung, aku sempat berjiarah ke makamnya. Hal yang dulunya selalu rutin aku lakukan saat masih di Indonesia. Walau bukan saudara tapi beliau sudah seperti kakak bagiku. 

Beberapa hari terakhir, dunia percaturan digegerkan oleh masalah Dewa Kipas dan Om Levy. Kalian bisa googling ajalah soal ini. Aku nggak bisa bela sesiapapun. Soalnya, ya mau gimana lagi. Nggak paham Alogaritma yang dimaksud mereka. Ya, barangkali aja kalau lihat secara real kita bisa tau kenyataannya. Mana yang benar-benar menguasai. Dan mana yang yah hanya omong kosong. 

Soal ini, aku pengen cerita tentang salah satu guru di SMK dulu yang bisa mengalahkan GM Catur Indonesia saat beliau datang ke Tulungagung. Dulu aku juga ikutan. Acara itu diselenggarakan di pendopo Tulungagung. 1 GM lawan puluhan pecatur Tulungagung. 

Amazing, guruku yang namanya pak Jun  ini bisa menang. Ini bukan isapan jempol belaka. Kalian bisa tanyakan langsung ke beliau. Aku kalah. Tentu dong. Lawannya nggak imbang hahahaha. Tapi ya nggak papa. Aku menerima kekalahan dengan hati yang gembira. Itung-itung nambah pengalaman. 

Menang kalah dalam permainan itu soal biasa. Yang terpenting dari sebuah permainan adalah kenangannya. Dan yang paling penting adalah, kita tetap bisa menjadi saudara. Buat apalah ya, setelah menang kita sok jumawa dan merasa diri kita hebat tiada tandingannya. Tapi giliran kalah, kita down se down-downnya. 

Kertas piagam yang aku bagikan ini, tak serta merta aku dapat dengan mudah. Pertama kali ikut lomba antar pelajar, aku harus tersisih di perempat final. Tak pantang menyerah, akhirnya bisa dapat juara 2. Pialanya ada di sekolah dulu. Tak ada kenangan yang bisa diabadikan. Begitupula dengan piala yang ada di kertas ini. Aku harus puas dengan mendapatkan kertas ini saja. Tapi tak masalah, yang penting ada kenangan yang bisa tersimpan.

Oh ya, terkadang aku juga suka dibully sama si Boy. "Ah, ibu kalah kan saat main catur dulu." Itu katanya tiap kali mengenang permainan yang satu ini. Tapi cerita soal kemenangan yang pernah aku dapatkan tak pernah sekalipun didengar olehnya. 

Buat kamu Boy, kelak ketika kamu membaca tulisan ibumu ini. Percayalah, tak ada kemenangan hakiki  yang bisa kita dapat tanpa bisa menerima setiap kekalahan yang ada. 

Untuk kang Jito dan Pak Jun. Terima kasih sudah memberiku kesempatan, mencicipi pengalaman-pengalaman berharga seperti ini. 

#catur #dewakipas #kangjito #pakjun