Mengenangmu Melukaiku #1

 Selamat pagi, wahai jiwa yang pernah singgah di hati. Apakabarmu hari ini? Semoga kamu selalu bahagia. Oh ya, hari ini adalah bulan puasa k...

 Selamat pagi, wahai jiwa yang pernah singgah di hati. Apakabarmu hari ini? Semoga kamu selalu bahagia. Oh ya, hari ini adalah bulan puasa ketiga belasku di negeri antah berantah. Saat aku menulis ini, jam di layar komputerku menunjukan pukul 4.31 pagi dan aku belum juga bisa tidur. 

Entahlah, rasa kantuk itu rasanya jarang ada di usiaku yang sudah menjejaki kepala tiga ini. Semakin sulit terlelap. Bahkan, sering aku terjaga untuk waktu yang sangat lama. Rasanya, semakin tua, semakin banyak masalah yang menghampiri ya. Eh, bukan masalah sih. Hal hal baru mungkin, ya. Atau tantangan yang musti diselesaikan ketika dianya datang. 

Aku sempat terhenti ketika menulis ini tadi. Tanganku tak mampu menulis bait-bait kesedihan ini. Entahlah, tetiba merasa sedih aja. Mungkin karena lagu lagu jaman dulu yang tak sengaja ku dengar di Youtube orang-orang. Lagu yang sebagian membangkitkan kenangan tentangmu. Sialnya, lagu itu terlalu melekat di memory. Hingga liriknya menembus ulu hati. Sakit bener. hahahaha 

Ah, aku hanya sedikit menangis tadi. Tak apalah, setidaknya itu bisa menyembuhkan luka dan sesal yang tak selayaknya kudapatkan. Andai tak ada ilmu jawa yang melarang kita bersama, mungkin kita sudah bahagia waktu itu. Dan mungkin, tak ada tulisan ini sekarang. Bolehkah aku mengumpat?

Astaga, aku sudah tak bisa berkata kasar lagi sekarang. Malu, jika harus menggunakan mulutku yang sudah mau menjadi baik ini untuk kembali menggunakan kalimat-kalimat yang tak pantas didengar itu. 

Duh, aku kok jadi ngelantur gini ya. 

Kamu, apa bahagia dengannya?

Kamu ingat, saat kita bertukar diary. Aku menulis sesuatu untukmu. Lalu kamu akan membalasnya kemudian. Aku lupa diary itu aku taruh di mana ya? Mungkin sudah terbuang. Atau mungkin sudah lenyap seperti cerita kita. 

Tidak, aku tak ingin cerita kita lenyap begitu saja. Aku ingin menceritakannya pada dunia. Tentangmu. Tentang cinta kita yang tak pernah bisa bersatu. Bukan karena takdir. Tapi karena keegoisan orang-orang jaman dulu yang memberi kutukan pada setiap tanah yang sekarang di huni manusia-manusia moderen.