Kuota "pengetuk pintu" telah dipotong satu kursi per kelas untuk sekolah dasar berbantuan selama tiga tahun ke depan

 Kuota "pengetuk pintu" telah dipotong satu kursi per kelas untuk sekolah dasar berbantuan selama tiga tahun ke depan, kata Biro P...

 Kuota "pengetuk pintu" telah dipotong satu kursi per kelas untuk sekolah dasar berbantuan selama tiga tahun ke depan, kata Biro Pendidikan.

Mulai tahun ajaran 2023/24 mulai bulan September, jumlah tempat mengetuk pintu SD binaan dengan 25 siswa per kelas akan dikurangi dari dua menjadi satu, sedangkan yang memiliki 30 siswa per kelas akan dipotong dari tiga menjadi dua. .

Namun banyak orang tua yang memandang kuota sebagai kesempatan terakhir untuk masuk sekolah setelah anak mereka gagal masuk ke sekolah pilihan pertama mereka.

Dalam surat yang dikeluarkan untuk semua sekolah dasar yang dibantu kemarin, biro tersebut mengatakan pengurangan kuota "ketuk pintu" - yang akan berlangsung selama tiga tahun - akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan.

Biro menambahkan akan memantau penggunaan kuota "ketukan pintu" oleh sekolah ketika menghitung jumlah siswa yang sebenarnya pada bulan September, dan dapat mengambil tindakan terhadap sekolah yang melanggar peraturan tersebut.

Seorang juru bicara biro mengatakan keputusan itu diambil setelah melihat peningkatan hasil penempatan sekolah dasar yang memuaskan.

“Tingkat kepuasan hasil alokasi SD terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan permintaan orang tua yang berharap anaknya pindah ke sekolah lain menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

"Keputusan itu dibuat setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan, komite kerjasama sekolah-rumah, dan beberapa badan sponsor sekolah, untuk memahami pendapat mereka tentang penyesuaian kuota 'mengetuk pintu'."

Anggota parlemen sektor pendidikan Chu Kwok-keung menyambut baik langkah tersebut. Memotong kuota "mengetuk pintu" dapat menyelamatkan beberapa sekolah dari pengurangan kelas, katanya.

"Untuk beberapa sekolah populer, mereka dapat menerima 10 hingga 12 siswa lebih banyak selama proses 'mengetuk pintu' setiap tahun, yang dapat menyebabkan beberapa sekolah harus mengurangi jumlah kelas di tahun depan," kata Chu.

“Sekolah tidak bisa mendapatkan tambahan dana [dari pemerintah] untuk kuota “ketukan pintu”. Artinya, kuota ketukan pintu di setiap kelas hanya akan menipiskan sumber daya siswa yang ada.”

Mempertahankan jumlah kelas juga bisa membantu mengamankan pekerjaan guru, tambahnya, karena terkait dengan jumlah jabatan pengajar.

Ketua Dewan Sekolah Dasar Bersubsidi Vu Im-fan mengatakan pengurangan akan meminimalkan dampak "kursi musik" yang disebabkan oleh perpindahan siswa di tengah populasi siswa yang menurun.

Selain itu, Biro Pendidikan mengumumkan jumlah kelas akan sama dengan jumlah kelas lima sekolah dasar, dan tidak lagi terpengaruh oleh jumlah siswa enam sekolah dasar yang sebenarnya.