KAMAR TIGA SATU DELAPAN || CERPEN

 Kamar Tiga Satu Delapan Langit perlahan menggelap. Gumpalan awan hitam yang sejak siang mengungkung kota, seolah ingin segera menumpahkan...

 Kamar Tiga Satu Delapan

Langit perlahan menggelap. Gumpalan awan hitam yang sejak siang mengungkung kota, seolah ingin segera menumpahkan segala isinya ke bumi. Gelegar petir sesekali terdengar. Riuh. Redam. Angin musim dingin yang memaksa masuk melalui celah besi-besi, membuat suasana di setiap ruangan yang dihuni enam orang perempuan dari berbagai negara itu kian sunyi. Di sudut lorong lain pun sama. Sepi.

Namun, ada satu yang beda malam itu. Di sudut tembok yang lain, seorang perempuan tengah asik menulis sesuatu di sebuah buku dan pena yang diperolehnya dari penjaga kantin. Dia begitu kegirangan saat mendapatkan hadiah itu. Orang bilang, “menulis adalah salah satu obat penenang dikala gundah.” 

Perempuan itu mencoba menyembunyikan segala kegelisahannya di antara temeram malam dan pekikan burung gagak yang saling bersahutan. Suara itu seolah menertawakan nasib buruk yang tengah menimpanya saat ini. Sesekali, dia menyeka air matanya. Dadanya terasa sakit. Pengap. Dia mencoba mengingat kembali setiap kejadian yang menyeretnya masuk ke dalam kamar tiga satu delapan ini.

Namanya Warti. Usianya baru menginjak sembilan belas tatkala burung besi membawanya hijrah, jauh dari kota kelahirannya. Meninggalkan Ibu dan adiknya yang sakit-sakitan. Masih teramat lekat pula dalam ingatannya, saat dia harus mengambil resiko untuk kabur dari rumah kutukan itu. Rumah majikannya yang empat bulan terakhir dia diami. Sudah tak terhitung penghuni baru yang kabur dari sana. Wanita tua yang tak mau dipanggil nenek itu sangat sulit untuk diluluhkan. Bahkan, anak-anaknya pun tak mau peduli dengan kondisi ibunya yang kini hanya terkulai di kamar karena tubuhnya terkena strok sebelah. Warti adalah orang ketiga belas yang menjadi penghuni baru di tempat itu. Setidaknya itulah yang dikatakan Noa. Perempuan asal Filiphina yang bekerja tak jauh dari rumah majikannya. 

“Sebaiknya kau cepat pergi dari rumah ini.” 

Begitulah isi pesan yang diterima Warti di suatu pagi. Dia paham betul maksud karibnya ini. Bekas luka yang tak sengaja tersingkap saat berpapasan dengannya itulah yang menjadi awal persahabatan di antara mereka. Walau Warti tak begitu fasih dalam Bahasa Inggris saat berbicara dengan Noa, setidaknya mereka mampu berkomunikasi dengan baik lewat secarik kertas yang hampir setiap malam dilemparkan Noa bersama sepotong roti di halaman rumah itu. Noa paham betul setiap sudut rumah itu. Dia pernah beberapa kali singgah bersama majikannya untuk menjenguk wanita itu. 

Tepat di malam ke empat puluh, Warti memutuskan untuk kabur setelah sebelumnya Noa memberitahu jalan alternative agar tak diketahui oleh majikannya. Warti sudah tak tahan lagi dengan segala siksaan yang dilakukan oleh momongannya. Wanita tua yang dijaganya itu seperti punya kelainan jiwa. Sesekali mencerancau tak jelas. Hampir setiap malam, wanita itu tak tidur. Berteriak. Menjerit seperti tengah kerasukan. Apalagi setiap kali bertemu dengan Warti, wanita itu pasti langsung menjambak rambutnya. Bahkan pernah pula, dia di tendang saat tengah membantu menggantikan popoknya. 

“Pergi…! Aku tak mau kau merawatku,” pekik wanita itu. Warti masih menahan emosinya. Mencoba tak mendengarkan setiap perkataan kasar yang keluar itu. 

“Hey, Sugula1! Apa kau tuli, hah?” teriaknya semakin kencang.

Dada Warti semakin sebah. Di lemparkannya lap kain yang baru digunakan untuk membasuh tubuh renta itu pada ember yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.  “Baik, jika kau memang tak mau aku rawat. Aku akan pergi malam ini juga,” kata Warti. 

Amarahnya memuncak. Hilang sabarnya. Dibanting pintu kamar wanita itu. Dia lalu bergegas mengemasi barang-barangnya yang tak banyak. Dan segera pergi secepat mungkin, sebelum anak-anak wanita itu pulang. Warti tak peduli dengan apa yang akan terjadi esok. Toh dia telah mendapatkan arahan dari Noa ketika dia bisa keluar dari rumah mengerikan ini. Sekarang, dipikirannya hanya ada tiga kata ‘Pergi Sejauh Mungkin’.

 Warti sudah terlalu muak dengan segala kekejaman yang dilakukan keluarga ini. Kebaikan yang coba ditunjukannya setiap hari seperti tiada arti. Bertahan hanya akan membuat borok yang bersarang hampir di sekujur tubuhnya semakin parah. Bayangkan saja, selama di rumah itu, hampir dua kali sehari dia mandi. Bahkan bisa lebih. Air mahal kata penghuni rumah yang lain. Pernah sekali dia mencuri untuk mandi saat malam tiba. Tapi naasnya, Warti ketahuan dan justru mendapat tamparan dari anak perempuannya.



“Ini musim dingin, kau tak perlu banyak mandi. Dua hari sekali saja cukup. Mengerti!”  katanya pada suatu kali. 

Malam itu, Warti memutuskan untuk pergi. Lari sejauh mungkin dari kota itu. Walau ada sedikit rasa takut, namun segera dihempaskannya. Warti hanya membayangkan bahwa kebebasannya sudah di depan mata. Dia tak begitu peduli dengan resiko serta ancaman yang harus dihadapinya beberapa jam kemudian. 

Benar saja, hampir satu jam berjalan di bawah temeram malam. Keluar dari gang satu menuju gang yang lainnya. Berjalan ke arah jalan besar yang sunyi tanpa kendaraan yang melintas. Sejenak ada rasa was-was yang menyelinap di relung hatinya. Hingga akhirnya, Warti bertemu dengan seorang Polisi tengah melakukan patroli malam.

“Hei. Berhenti kau!” perintah polisi itu. Warti menoleh. Seorang polisi - berbadan tegap, lengkap dengan segala atribut yang menempel di badannya-  turun dari mobil dan langsung menghampiri Warti. 

“Serahkan paspormu?” lanjut petugas itu. Warti hanya menggeleng. Semua dokumen yang dimilikinya sudah dibakar oleh anak asuhannya saat pertama kali dia menginjakan kaki di rumah itu. Warti sudah mecoba mempertahankannya. Namun nihil. Semua akses dunia luar seoalah diputus oleh majikannya. Tak hanya itu,  gajinya memang tak pernah dibayarkan oleh wanita itu sejak kedatangannya empat bulan lalu. 

“Man ismuki? Siapa namamu,” tanya lelaki itu. 

“Warti, Sir.” 

“Di mana kamu tinggal?”

Warti menggeleng. Dia tak cukup berani menatap polisi yang tengah sibuk dengan buku dan handy talky yang dibawanya. Bibir Warti kelu. Diam adalah cara terbaik yang dilakukannya. Raganya seolah terpaku dan enggan beranjak jikalau harus kembali melangkah ke rumah wanita itu. 

Beberapa saat kemudian, Polisi itu menyuruh Warti untuk masuk ke dalam mobil patroli. Lalu, mobil itu melaju, melesat cepat menembus remang-remang jalanan. Warti menarik nafas dalam satu tarikan, lalu menghembuskannya kuat-kuat. Ada perasaan lega di hatinya. Dia bahkan lupa tak memberitahu Noa akan apa yang terjadi. Semua terasa cepat. Dan tak mungkin, waktu yang sepersekian detik itu kembali. 

“War, bangun.” Warti terhenyak dari lelap sesaat. “Gelar kasurmu, kau bisa mati kedinginan jika terus duduk di situ,” perintahnya. 

Warti mengangguk. Dan menuruti perintah perempuan asal Subang itu. Sungguh beruntung, Warti dapat sekamar dengannya. Di setiap bilik kamar, bisa dipastikan hanya dengan hitungan jari untuk menemukan teman sebangsa seperti ini. Ah, jika boleh memilih rasanya tak ada yang mau berada di tempat seperti ini. Warti tersenyum getir. Sebelum akhirnya, memutuskan untuk memejamkan matanya. 

***

“Bangun…”

“Bangun…”

“Hey Kau jangan malas saja. Cepat bangun,” suara sipir yang menggema membuat seisi gedung ini riuh. 

Jam dinding menunjukan pukul 6 pagi. Gemercik air hujan terdengar syahdu di antara riuhnya suara keramaian di luar sana. Bulan ini, sepertinya langit tak begitu bersahabat dengan bumi. Sudah tak terhitung berapa kali langit menangis. Ditambah, angin musim dingin yang siap menusuk persendian setiap manusia yang tak mengenakan baju hangat. 

Warti melongok keluar. Di julurkan tangannya keluar. Menikmati setiap tetes air yang membasahi tangannya. Ada rindu yang teramat dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat hujan seperti ini. Aroma kenangan serta keputusasaan yang tercipta dari segumpal rindu.

“War, kau tak makan?” tanya Monalisa dalam Bahasa Ibuku. Gadis berkebangsaan Somalia itu begitu cepat menguasai setiap bahasa yang Warti ajarkan. 

Warti mengangguk. Mencuci tanggannya, lalu menikmati sarapan pagi bersama kedua teman sekamarnya. Tak ada yang spesial dari menu pagi ini. Lagi-lagi nasi kebuli dan irisan daging ayam. Monalisa sesekali mengumpat dalam Bahasa Ibunya saat menerima nampan, jatah makananya. Nasi ini terlalu asin baginya. Seolah, Koki itu telah menaburkan lautan garam pada masakannya. Aku dan Darsih hanya bisa tersenyum setiap kali mendengarnya menggerutu.

“Kalian tau kamar yang ada diujung?” tanya Somalia pada dua orang di depannya. 

Warti dan Darsih menggeleng. Siapa pula yang mau mengurusi hidup orang di saat seperti ini.

“Kabarnya dia hamil. Dua minggu lalu dia baru masuk. Sepertinya nasibnya kurang beruntung,” lanjutnya. 

“Jangan suka menyebar gosip kamu. Tidak baik,” ujar Darsih. 

“Hey, ini bukan gosip. Tapi nyata. Teman sekamarnya bilang padaku kalau dia sering muntah-muntah tengah malam. Rumornya, dia diperkosa anak majikannya. Tapi dia justeru yang dituduh memperkosa lelaki itu. Kalian bisa bayangin bagaimana seorang perempuan memperkosa lelaki bujang di bawah umurnya? Aku tak akan menebarkan berita yang tak benar. Kalian tau kan siapa aku?”

“Huft…” Darsih menghela nafas panjang. Dia paham betul karakter Monalisa. Perempuan itu bak wartawan yang siap menguliti setiap narasumbernya. 

“Ah, sudahlah. Jangan terlalu mengurusi hidup orang lain, hidup kita di sini saja masih susah,” kata Warti menengahi. 

Monalisa menggurutu. Tak terima atas ucapan Darsih yang menganggapnya tukang gosip. Terkadang lucu jika harus berdebat dengan Monalisa tentang hal-hal seperti ini. Monalisa adalah orang yang tak mau mengalah dan suka membuat suasana yang tadinya sunyi menjadi riuh. Salah satunya ya dengan bergosip semacam itu pada para penghuni lapas. Sebuah kebiasaan yang sulit dirubah namun juga sebuah berkah bagi Warti, karena dengan cerita yang disampaikan oleh Monalisa, dirinya mampu menulis beberapa lembar kisah hidup para tahanan di bukunya.  

***

Hujan berangsur mereda. Mentari sayup-sayup keluar dari persembunyiannya. Menebar sinarnya yang hangat dan perlahan mengursir hawa dingin yang menyergap setiap jiwa. Warti menghitung jadwal kerja yang telah disusun oleh sipir tempo hari. Di penjara ini, setiap orang boleh bekerja dan menghasilkan uang. Ya, manusia harus tetap berdaya untuk bertahan hidup. Setidaknya, begitulah yang dikatakan penjaga kantin yang menjadi salah satu tempat di mana dia bekerja. 

“Kapan kau sidang, War?” tanya Darsih saat Warti mau pergi menuju kantin. 

“Entahlah. Belum ada jadwal lagi. Mungkin lusa. Mbak sendiri kapan bebas?”

“Hanya Tuhan yang tahu. Kasus sepertiku ini, tak ada satupun yang bisa memprediksi.” Darsih menghela nafas. “Aku justeru senang hidup di sini, War. Daripada harus terlunta-lunta di luar. Anggap saja liburan di Hotel,” katanya sambal tertawa getir. 

Warti menyetujui apa yang dikatakan Darsih. Sepertinya pendapat beberapa penghuni lapas, mereka terlalu menikmati tempat ini dan enggan untuk pulang. Monalisa contohnya. Gadis itu sudah sejak lima tahun mendekam di tempat ini. Dia bahkan menjadi asisten juru masak di kantin. Gajinya setingkat lebih mahal dari yang diperoleh Warti dan Darsih. Yang justeru menggelitik adalah saat dia memberitahu jika masa tahanannya seharusnya telah berakhir dua tahun silam. Tapi dia lebih suka bertahan di lapas ini.

“Kau sendiri, apa tak punya keinginan untuk keluar dari sini?” tanya Warti pada Monalisa.

“Buat apa pergi? Toh tak ada yang mengharapkanku untuk kembali. Tempat ini sudah seperti rumahku.” 

Monalisa piatu sejak lahir. Ayahnya menikah lagi dengan perempuan yang tak mau menerima kehadirannya. Monalisi remaja pergi dari kotanya menuju jazirah Arab. Menumpang dari bus satu ke bus yang lain. Beberapa kali mencuri untuk kebutuhan hidup walau pada akhirnya ketahuan dan langsung di asingkan di kota Damman. Satu sel dengan Warti dan Darsih. 

Biasanya, untuk kasus pencurian seperti ini selalu dibedakan sel tahananya dengan kasus remeh temen seperti yang sedang dialami Warti. Tapi karena Monalisa berkelakuan baik dan beberapa sipir merasa iba akan cerita hidupnya, maka dia dibebaskan dari hukuman pasung itu. Karena biasanya, setiap yang mencuri dan masuk tahanan ini, kakinya akan langsung dipasangi gelang hitam dan di rantai. Gelang itu tak boleh berbunyi saat dibuat jalan. Atau kalau tidak, petugas sipir itu akan marah besar. Seperti tahanan yang berada di ujung lorong ini. Sungguh tragis memang. Tapi itulah hukuman, yang diberikan pada kasus berat seperti itu.  

Berbeda cerita dengan Monalisa, Darsih justeru sudah tujuh tahun hidup di dalam tahanan. Berpindah dari penjara satu ke penjara lain. Terakhir, Darsih di asingkan di sini. Kasusnya cukup rumit. Dia dituduh memasukan racun ke makanan suami majikannya. Hingga menyebabkan pria paruh baya itu koma. Kabarnya beberapa saat lalu pria itu meninggal. Keluarga majikannya tetap tak memberi kata maaf pada Darsih. Mereka masih menganggap kematian itu disebabkan olehnya. 

Darsih tetap tak mengakui bahwasanya dia melakukannya saat Hakim menanyainya. “Aku kerja di sini untuk mencari uang. Bukan untuk membunuh,” sanggahnya setiap kali sidang itu dilangsungkan. Delapan kali sidang digelar dan akhirnya diputuskan bahwa Darsih harus menjalani hukuman kurungan selama lima belas tahun. 

Dan tahun ini, Darsih mencoba untuk naik banding lagi. Pihak KBRI telah mengupayakan sebaik mungkin untuk kebebasannya dalam waktu dekat. Para staf kedutaan, sudah beberapa kali bermediasi dengan keluarga majikannya, walau pada kenyataannya masih nihil. Namun mereka tak patah arang. Mungkin, hanya Tuhan yang mampu melembutkan hati mereka yang saat ini mungkin tengah menyimpan amarah itu. 

Hari berganti begitu cepat. Melesat bagai busur panah yang berhenti pada satu titik tujuan. Beberapa penghuni tahanan yang telah melewati batas kurungan, mau tidak mau harus terpaksa dikeluarkan. Setiap ada kabar tentang teman di sel lain bebas, Darsih selalu menangis. Sepanjang malam. Bahkan berhari-hari. Seolah rindu itu tengah membuncah di hatinya. 

“Andai aku menuruti perintah Emak. Menerima perjodohan itu dengan lapang dan tak berusahan kabur dari rumah mungkin sekarang, aku tak harus bersusah payah seperti ini. Aku bahkan bisa menerima jika memang pilihan Emak adalah yang terbaik untukku. Bukankah doa orang tua selalu terijabah,” ujar Darsih dalam tangisnya di suatu malam. 

Warti menatapnya tajam. Di hatinya pun sama. Ada rasa sesal yang tak bisa diungkapkan. Hatinya pun berkecamuk. Tak mungkin rasanya meratapi setiap kejadian yang tengah dialaminya saat ini. 

“Bukankah, penyesalan itu selalu datang di akhir perjuangan. Saat kita berada di titik terendah dan tak berdaya dengan segala keadaannya yang ada. Bukankah seharusnya kita bersyukur. Kita bisa mendapatkan pelajaran berharga ini. Bertemu dengan orang baru. Mendapat pelajaran kehidupan dari mereka. Tak ada yang perlu di sesali,” kata Warti menguatkan. 

Warti tak bisa meratapi nasib pernikahan hasil dari perjodohan ibunya yang gagal dan tak semulus dengan apa yang diharapkan ibunya. Di umur enam belas, Warti terpaksa putus sekolah dan menikah dengan lelaki yang belum sepenuh hati dikenalnya itu. 

Seorang lelaki yang ternyata pemalas dan tempramen. Bahkan suka memukulnya tanpa alasan. Ibu mertuannya pun demikian. Seringkali mengoloknya tak becus merawat suami. Dan yang lebih menohok hatinya lagi, saat Ibu mertuanya bilang, “harusnya aku sudah menimang cucu. Apa jangan-jangan kau mandul?”

 Kata-kata itulah yang sampai kini masih terngiang dibenaknya. Dua tahun pernikahan, baginya seperti hari-hari buruk tanpa jeda. Warti memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu dan pulang ke rumah orangtuanya. Perceraian memang tak disukai oleh agama manapun. Tapi tak ada jalan lain. Batinnya teramat tersiksa. Tak akan ada satu hal baik pun jika harus mempertahankan hubungan itu. 

Ibu Warti yang mengetahui bahwa anaknya mendapat perlakuan buruk, mendadak jatuh sakit. Dia teramat menyesal dengan apa yang pernah dilakukan untuk anak sulungnya ini. 

“Bu, kali ini ijinkan Warti memilih jalan sendiri. Cukup beri Warti restu, agar jalan Warti semakin mudah. Warti tak ingin hidup seperti ini terus. Lihat teman Marni, dia bisa membangun rumah dengan hasil kerjanya sendiri. Jika Warti merantau, pasti bisa menyenangkan Ibu.”

Ibu Warti akhirnya luluh dengan apa yang diucapkannya. “Baiklah, Nak. Jika itu memang tujuanmu. Restu Ibu selalu ada untukmu.” 

Malam itu, adalah malam yang teramat panjang bagi kedua perempuan itu. Walau sebenarnya berat hati ibunya untuk melepaskan si Sulung, namun apa boleh buat. Tak ingin rasanya menghalangi niat baik anak perempuannya ini. 

Warti sebenarnya tak ingin bekerja ke Timur Tengah. Negeri Singalah tujuan utama perempuan itu. Namun, karena belum cukup umur untuk masuk ke sana, maka atas saran orang yang membawanya ke tempat penampungan, dia dialihkan ke negara lain. 

 Awalnya, dia dijanjikan untuk bekerja untuk merawat anak pada salah satu keluarga terpandang di negeri Abu Dhabi. Gaji yang ditawarkan pun juga sudah lumayan besar. Namun, setelah sampai di negeri itu, ternyata semua berubah. Kontrak kerja yang dijanjikan itu ternyata palsu. Mau tidak mau, Warti harus menjalani kontrak kerja lain yang tentu berbeda dengan apa yang diharapkannya. Dan Hukum di negeri barunya itu, rasanya tak terlalu peduli dengan hal semacam itu. 

“Apa yang sedang kau pikirkan, War.”

Warti terhenyak dari lamunannya. Menatap Darsih sejenak. Rasanya Warti ingin menangis saat itu juga. Pikirannya terbayang oleh wajah Ibunya yang menanti kabar darinya. Lama sekali rasanya tak melihat wajah yang kini mungkin sudah muncul garis-garis keriput. Apakabar adiknya yang dulu waktu ditinggal tengah sakit?

“Aku terbayang wajah Ibu dan adikku,” ujar Warti. Entah apa yang nanti akan aku sampaikan padanya jika kelak aku bisa pulang. Rasanya malu sekali jika harus pulang dengan kondisi seperti ini,” lanjutnya.

“Malu? Sama siapa?” potong Monalisa. Rupanya perempuan ini sejak tadi menguping obrolan mereka. “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Entah termaafkan ataupun tidak. Toh nantinya waktu juga pasti akan berlalu. Dan mereka pasti akan lupa dengan sendirinya,” tambahnya.

Beberapa saat seisi ruangan sunyi. Tak ada yang berani membantah ketika Monalisa sudah mulai berbicara dengan segala argument dan fakta yang mendasar. Monalisa bangkit dari tidurnya. Berdiri memunggungi cahaya mentari yang menyelinap ke dalam kamar ini.  

“Kalian lihat, Soma. Perempuan berambut ikal yang ada di kamar lima enam kosong. Dia dibuang dari desanya karena hamil di luar nikah. Dia nekat mencuri agar dia dan anaknya bisa hidup di penjara. Apa kalian pernah melihat dia menangis? Tidak, tak sekalipun airmatanya menetes. Dia Bahagia sekarang. Di sini, di tempat kalian menghabiskan masa tahanan.” 

Warti dan Darsih saling pandang. Lalu tersenyum melihat Monalisa yang nampak seperti seorang motivator kelas dunia. Terkadang apa yang disampaikan Monalisa memang ada benarnya. Setiap orang pasti akan melupa akan kejadian yang telah lewat. Mereka akan membicarakan hal-hal baru yang muncul dan membiaskan masalah yang usang. 

“Ya, tak perlu malu ataupun ragu. Rasa sakit dan segala kesedihan itu akan sirna dengan sendirinya,” gumam Warti menguatkan diri. 

***

Di bilik kamar tiga satu delapan itu, Warti menutup tulisan terakhirnya dengan sebuah judul ‘Surga Di Bilik Haram’. Sebuah cacatan perjalanan di lapas Damman. Buku itu jugalah yang nantinya akan dia kirim pulang ke Indonesia bersama gaji yang telah disimpannya berbulan-bulan untuk ibu dan juga adiknya. 

  ***

Warti dan jutaan ribu orang di luar sana - yang kini mungkin tengah bernasib sama - adalah cermin dari sebuah kegagalan yang Tuhan ciptakan. Namun bukan berarti, kita sebagai orang yang bisa dibilang sukses dalam karir, bisa membully2 mereka dengan kata-kata yang mungkin saja justeru membuat mereka terjatuh. Mereka butuh rangkulan dan uluran tangan kita untuk bisa saling menguatkan. Sadari, bahwa mereka mungkin juga merasa takut untuk bisa berdiri tegak di antara kalian. 

Pohon yang kokoh bisa tumbang karena sapuan angin yang tak kasat mata. Apalagi manusia seperti Warti dan yang lainnya, bisa tumbang pula oleh setiap kata yang terlontar dari mulut dan tulisan kita. Bisa jadi, saja setelah itu, mereka justeru terjatuh karena tak ada orang yang memercayainya lagi. 

Andai dalam hidup, setiap manusia mampu merubah jalannya waktu. Mungkin tak akan ada cerita kesedihan dan kesengsaraan yang tercipta di hari yang lalu. 


Hongkong, 17 Mei 2020


Note : 

*1 Sugula : Panggilan kasar untuk pekerja.

*2 Bully    : Perundungan


 




COMMENTS

Nama

#BERITA,5,1 HARI,1,1 SET 3 BUKU,1,12 FEBRUARI 2022,1,13 HARI,1,1300 KASUS,1,15 TAHUN,1,1881 Herritage,1,1980,1,1981,1,1982,1,1983,1,1984,1,1987,1,1988,1,2021,5,2022,6,2071 KASUS,1,24 JAM,1,24 KEMATIAN,1,2500,1,318,1,4 BUKU,1,50MM,1,6116 KASUS COVID,1,ABAL-ABAL,1,ABCYA,1,ADSENSE,7,AFTER EFFECT,2,AGAMA,2,AGII,1,AI KWA YONG YI YUK,1,AKAL,1,AKHIR PEKAN,1,AKHLAK,1,AKTIVASI,1,AKU,3,AL QURAN,3,ALZHEIMER,1,AMALAN,1,AMBIL HADIAH,1,AMZING STORIES,1,ANAK PANAH,1,ANAKKU HARTAKU,1,Angpao,1,Antiquities and Monuments Office,1,APARTEMEN Mei Wui di Shek Kip Mei,1,APLIKASI,1,Apriyani Rahayu,1,AROW,1,ART PARK,1,ASBABUR NUZUL,1,ASMAUL HUSNA,1,ATM,4,ATM LAMA,1,ATURAN,1,AUDISI,1,AUSTIN,1,AWAN KATA DENGAN PYTHON,1,AWARD,1,AXA Mandiri,1,AYAM UNGKEP,1,BADAI CHIBA,1,BADMINTON,2,BAHASA,1,BAHASA ARAB,3,BAHASA ASING,4,BAHASA HONGKONG,1,Bahasa Inggris,3,BAHASA SEHARI HARI,1,BAKSO,1,BALADA CINTA,1,BANK,2,BANK BNI,1,BANKING,2,BANTUAN,1,BANTUAN LEGAL GRATIS,1,BEKAS,1,BEKAS JERAWAT,2,BEKS,1,BELAJAR,2,BERAS. HALAL,1,BERGEDEL JAGUNG,1,BERITA,249,BERITA TERBARU,12,BERITA VIRAL,1,BETRAN PETO PUTRA ONSU,1,BEYERDYNAMIC,1,BI FAST,1,BICARA ITU ADA SENINYA,1,BISMILLAH,1,BISNIS,18,BISU,1,BLOG,28,BLOKIR,1,BMI,9,BNI,17,BNI HONG KONG,1,BNI REMITTANCE,7,BNI REMMITTANCE,1,BNI SYARIAH,1,BNI YUEN LONG,1,BONEKA TANGAN,2,BOOKING,1,BOOKING ONLINE,1,BOOKING VAKSIN,1,BOOSTER,1,Brand Local,2,BRAZILIAN,1,BREAKING NEWS,1,BUBAR,1,BUDAYA,1,BUKA,1,BUKU,32,BUKU ANAK,8,BUKU SAKU,1,BUKU TAJWID,1,BULAN,1,BULAN HIJRIYAH,1,BULUTANGKIS,1,BUMBU KOBE,1,BUNGA EMAS,1,BURSA EFEK,1,BWPT,1,CANCELED,1,CARA,1,CARA MEMBUAT LINK WHATSAPP,1,CATHAY PASIFIC,1,CATUR,1,CAUSEWAY BAY,3,CC,1,CEREITA. MANTAN,1,CERITA,38,CERITA MAKANAN,1,CERITA PENDEK,3,CERITA TKI,1,ceritaku,7,CERMIN,1,CERPEN,16,CHE KUNG TAMPLE,1,CHIRSTIAN ACTION,1,CHOI HUNG,1,CHP,1,CINTA,1,CIONG FEN,1,CITISTORE,1,CJ DENTAL CARE,1,clipping maks,1,COD,1,COLLAGE WORD,1,COMMERCIAL BUILDING,1,CONTOH,1,CORANA,1,CorelDraw,1,CORONA,5,CORONA VIRUS,3,COVID,27,COVID 19,30,COVID19,2,CSL,2,CUACA,2,CURCOL,1,Curhat,22,CUTI PULANG,1,D7200,2,DAFTAR VAKSIN,1,DANDAN,1,DARUL HAQ,1,DARURAT,1,DASAR,1,DASAR TAJWID,1,DEMENSIA,1,DENTAL CLINIC,1,DEPARTEMEN BURUH,1,DEPARTEMEN IMIGRASI,1,DESA,1,DESA LODERESAN,1,DESAIN,1,DESAING,2,DEWA,1,DisneyLand,1,DIVIDEN,1,DOKTER,6,Dokter Gigi,3,Dokter Hongkong,3,DOKTER KANDUNGAN,3,DOKTER KEWANITAAN,1,DOKTER KULIT,1,Dokter Mata,1,DOKTER TELINGA,1,DOKTER THT,1,Dokter Umum,1,DOLAN,1,DONG YUAN,1,DONGENG,1,DORAEMON,2,DOSIS 3,1,DOWNLOAD,2,DRAMA KOREA,1,DZULHIJJAH,1,EAST COAST PARK PRECINCT,1,EFEK,1,EKSPEDISI,3,ELNUSA,1,ELSA,1,EMAIL,1,ENDORSE,2,ENSLIKOPEDI,1,EROR,1,ESAI,1,EXPIRED,1,EXTEND VISA,1,FACEBOOK,2,FANBASE,1,FANTASI,1,FDH,1,FEBRUARI,1,FENDY PONOROGO,1,FESTIVAL,1,FIKSI,1,FILM,1,FILM PENDEK,4,FIQIH,1,FIRST CLASS,1,Flash Fiction,1,FLOWERSHOW,2,FOOD,1,FOOD BLOGGER,1,FOODPANDA,1,FOODY,1,FORMULIR,1,FOTO,1,FOTO PRODUK,1,FREE,2,FRIENDSWITHYOU,1,FROG DOLL,1,FROZEN FOOD,1,GAJI,1,GANTI ATM,2,GANTI BARU,1,GANTI KARTU ATM BNI,1,GARAM,1,GERBONG,1,Gigi,5,GIVEAWAY,1,GMAIL,1,GOLDEN BAUHINIA,1,GOOGLE,1,GOV,2,GRASINDO,1,GRATIS,5,GREEN SCREEN,1,Greysia Polii,1,GULUNG,1,HA PAK NAI,1,Hack,1,Hadiah,4,HAK HAK PRT,1,HAK PRT,1,Halal,3,HALLOWEEN,1,HAMSTER,1,HARBOUR CRUISE,1,HARDISK,1,HARI LIBUR,1,HATI HATI DI JALAN,1,HATI-HATI,1,HELLOWEN,1,HEMAT,2,HEWAN,1,HILANG,1,HIMALAYA,1,HIMALAYAN ROCK SALT,1,Hong Kong,49,Hong Kong Avenue of Comic Stars,1,Hongkong,82,HOTEL,1,HOTLINE,1,HUAYI HOTEL,1,HUNG LOK,1,HUNGHOM,2,HUT RI,1,ID CARD,1,IDUL ADHA,1,IKAN GILING,1,IKEA,1,IKLAN DIBATASI,1,IKONIK,1,Ilmu Komputer,4,IMIGRASI,1,Imlek,1,IMUT,1,INDEX,1,INDONESIA,15,INF,1,INFO,41,INFO BMI,44,INFO DOKTER,14,INFO LOMBA,1,INGGRIS,1,INI YANG TERAKHIR,1,INSTAGRAM,1,ISLAMI,4,JADWAL,4,JAJANAN DESA,1,JANGAN KALAH,1,Jao Tsung-I Academy,1,JASA,1,JASA PAKET,8,JASA PAKET LUAR NEGERI,2,JASA PAKET. LUAR NEGERI.,2,JASON DAVIES,1,JEPANG,1,JERAWAT,2,JOCKEY CLUB,1,JOJOBA,1,JOMBLO,1,JORDAN,1,JP BAI,4,JPBAI,6,JUALAN,1,JUARA 1,2,JUS AMMA,1,JUZ AMMA,3,JUZ KE 30,1,KAEDAH,1,KAI YIK,1,KAIDAH,1,KAIDAH PRAKTIS,1,KAISI,1,KALENDER,1,KALIMBA,2,KAMAR,1,KAMAR TIGA SATU DELAPAN,1,KAMU,1,KAMUS,1,Kandungan,4,KANG HA NEUL,1,KANGKUNG,1,KANKER PAYUDARA,1,KANTONIS,2,KARAKTER,1,KARANTINA,4,KARAOKE,1,KARNAVAL,1,KARTU ATM,1,KARTU ATM BNI,1,KARTU NAMA,1,KARTU SETAN,1,KARYAWAN,1,KASUS,4,KASUS BARU,2,KASUS COVID,3,Kecantikan,1,KELILING HONG KONG,1,KEMATIAN,1,KENAPA SEDIH?,1,KENNEDY TOWN,1,KERETA,1,KERETA API,1,KERING TEMPE,1,KESEHATAN,1,KIRIM BARANG,1,KIRIM FROZEN,1,KISAH,1,KISAH ISLAMI,1,KISAH TELADAN,1,KISTA,1,KITAB,1,KJRI,9,KLASTER COVID,1,KOBE,1,KODE OTP,1,Kompas TV,2,KOMPUTER,5,KONSELING ONLINE,1,KOSMETIK,1,KOTEMA,1,KOWLOON,1,KREASI,1,KTKLN,1,KTP HONGKONG,1,KUBIS,1,KUIL,1,KUIS,2,KULINER,9,Kulit,4,KUMPARAN,1,KUPON,1,KURA KURA,1,KURS,1,Kursus Gratis,1,KUTU RAMBUT,1,LABOUR,1,LABU,1,LAGU,1,LAGU HANTU,1,LAI CHI KOK,1,LAKON,8,LANCAR BACA,1,LANGIT,1,LANSIA,2,LAPORAN,1,LAPORAN KASUS,1,LAYANAN,2,LAYANAN BARU,1,LEBARAN,2,LELAKI DARI MASA LALU,1,LEM KAYU,1,LEM TIGER,1,LENGKAP,1,LENS KIT,1,LENTERA QALBU,1,LIBUR,1,LIEN OI,3,LINK,1,Lipstik,1,liputan,1,LIVE,1,LOCAL,5,LOCKDOWN,5,LODERESAN,1,LOMBA,9,LUAR NEGERI,5,LUCU,1,LUNAR NEW YEARS,1,MAAF,1,MACAU,1,Madam Tussaund,1,MADE THAILAND,1,MAKANAN,5,MAKE UP,3,MAMA,4,MAMMOGRAM,1,MANDARIN,1,MARET,2,MASA BERLAKU,1,MASA DEPAN,1,MASAK,2,Masakan,4,MASAKAN HONG KONG,1,MASAKAN INDONESIA,1,MASJID,1,Masker,1,MASUK INDONESIA,1,MASYARAKAT,1,MAYYA TOWER,1,MBANKING,5,MBLO,1,MC DONALDS,1,MEDALI EMAS,1,MEIFOO,3,MENDULANG PAHALA,1,MENGENANGMU MELUKAIKU,1,MENGHILANGKAN JERAWAT,1,MENINGGAL,2,MENTIMETER,1,MENYENANGKAN,1,MERAH PUTIH,1,META,1,METODE,1,MIC,1,Microsoft Excel,1,Microsoft Word,2,MIGRAN,1,MO,1,MO LIMO,1,MOBILE BANKING,2,MODUS,3,MODUS PENIPUAN,2,MONGKOK,2,MONGKOK EAST,1,MONKEY LEARN WORDCLOUD GENERATOR,1,MONUMEN,1,MOON PALACE,1,MOTIVASI,1,MOTO,1,MOTRET,2,MP3,1,MTR,4,MUKHTAROT,1,MURAH,6,Museum,4,musik,1,MUSLIM,1,MUSLIMAH,1,MY DOLL,1,N501Y,1,NABI,1,NABI ISA,1,NASI GORENG,1,NASIHAT MULIA,1,NFO DOKTER,1,NGAU CHI WAN MARKET,1,NIKON,2,NOMOR PENTING,1,NORTHPOINT,1,NOTICE,2,NOVEMBER,3,NUSANTARA,1,NYESEK,1,NYI RORO KEMBANG SORE,1,OCEAN PARK,1,OKTOBER,1,OLAHRAGA,2,OMICRON,3,ONE MONTH NOTICE,1,ONLINE,1,Opini,1,ORANGTUA,1,ORIGINAL,1,OTE OTE,1,OTP,1,PADA SENJA,1,PAGODA,1,PAISAN,1,PAKET,4,PAKET BARANG,2,PAKET BUKU,2,PAKET BUKU MURAH,1,PAKET COD,1,PAMERAN,1,PAMIT,1,PANDEMI,1,PANDUAN,1,PARLEMEN,1,PASAR,2,PASAR BASAH,2,PASAR SHATIN,1,PASAR TAI WAI,1,PASIEN COVID,1,PASKIBRA,1,PASPOR,2,PASPOR. GADAI,1,PASSWORD,1,PAWONE BIYUNGKU PATLIKUR JAM,1,PAYMENT,1,PEKERJA RUMAH TANGGA,2,PEKERJAAN,1,PELAJARAN TAJWID LENGKAP,1,PEMERASAN,1,PEMERINTAH,2,PEMIMPIN DUNIA,1,PEMUDA,2,PENGANTIN,1,PENGATAR TIDUR,1,PENGGATIAN HK ID,1,PENGUMUMAN,4,PENIPUAN,3,PENNY BAY,1,PENUTUPAN WAJIB,1,PEPE,1,PERATURAN,1,PERAWAT,2,PERBANKAN SYARI'AH,1,PERDAGANGAN,1,PERJALANAN,1,PERTUNJUKAN,1,PESAWAT,1,PESTA KEMBANG API,1,PESTA LAMPU,1,PET,1,Photoshop,8,PIKIR,1,PING SHAN,1,PLAYDAY,2,PMI,3,POLAROID,1,POPULAR SOUND,1,POSITIF,11,POSITIF COVID,6,Post,1,Post Office,1,POTONG RAMBUT,1,power point,1,PRAKIRAAN CUACA,1,PRAKTEK SHALAT,1,PRAKTIS,1,PRIME CREDIT,1,PRODUK,1,Produk Local,1,PROGRAM,1,PROMOSI,1,PRT,1,PUBLIC HOLIDAYS,1,PULANG,1,PUPPET,1,QQP,30,QQP JASA PAKET,30,QQP JASA PAKET LUAR NEGERI,30,RADANG TENGGOROKAN,2,RAMADHAN,1,Rambut,1,RAMBUT PALSU,1,RASULULLAH SAW,1,RATE,1,RBLQ,1,RECOR BARU,1,REKOR COVID,1,REOG,1,RESEP,8,RESTAURAN,2,RESTORAN,1,RETOUCHING,1,REVIEW,2,RIBA,1,RINGKASAN,1,ROYAL BRUNEI,1,RRI,1,rubik,1,RUMAH BACA,1,RUMAH SAKIT,1,RUMAHAN,1,RUTE,1,SAD,1,SAHABAT SETIA SMARTONE,1,SAHAM,7,SAHUR TIME,1,SAKIT KRONIS,1,SAKSI,1,SALT,1,SAMA MARAH,1,SASTRA,1,SATGAS COVID 19,2,SAWI,1,SAWI GULUNG MIE,1,SAYAP AYAM,1,SCREET GARDEN,1,SEBUAH CERITA,2,SEBUAH JAWABAN YANG MENYAKITKAN,1,SELAMAT PAGI,1,SELF FORGIVENESS,1,SENJA,1,Seputar BMI,29,SEPUTAR HONG KONG,2,Seputar Hongkong,26,SERBA,1,SERBASERBI,33,SF EXPRESS,1,SHALAT,2,SHam Shui Po,1,SHATIN,1,SHING YU HOUSE,1,SHOLAT,2,SHORTS,1,SILUET SENJA,1,SIN CHAN,1,SINGO WIROMO,1,SKIN,1,SKINCARE,1,SMART HONGKONG IDENTITY CARD,1,SMART ID,2,SMARTONE,1,SMS VERIFIKASI,1,SONG,1,SOUND,1,Sound Effect Music,1,SRI,1,STAF,1,STAF POSITIF,1,STAY AT HOME,1,STREET FOOD,1,STRUK,1,SUHU,1,SUKA SUKA,1,SUNNAH,1,SUNRISE,1,SURAT EXTEND,1,SURAT MAJIKAN,1,SURAT TERMINATE,1,SYARAT,3,T8,1,TABUNGAN,1,TAGCROWD,1,TAGXEDO,1,TAHU BULAT,1,TAHUN BARU,1,TAI KWUN,1,TAIPO,3,TAIPO MARKET,1,TAJWID,3,TAK WAH PARK,1,TAMAN BERSEJARAH,1,TAMAN HIBURAN,1,TAMAN TERSEMBUNYI,1,TAMBAL GIGI,1,TANYA JAWAB,1,TARI TRADITIONAL,1,TARIF,1,Tat Tak Communal Hall,1,TAXI,1,TEH BOTOL SOSRO,1,TELESKOP,1,TELINGA,1,TEMPAT IBADAH,1,TEMPAT MAKAN,1,TENDA BIRU,1,TENTANG HONG KONG,1,TERATAS,1,TERBARU,3,TERBLOKIR,1,TERJEMAHAN,1,TERONG,1,TES COVID-19,1,TEST,1,TESTIMONI,1,THE FROG,1,THE INDONESIAN CLUB,1,THE SYMPHONY OF LIGHTS SHOW,1,TIKET GRATIS,1,TIN SHING COURT,1,Tin Shui Wai,4,TINGKAT NASIONAL,1,TINJAUAN KRITIS,1,Tips & Trik,1,Tips & Trik Blog,7,TKI,2,TKW,2,TKW HONG KONG,1,TOKO AMIN,1,TOKO INDONESIA,1,TOKO MANTAP,1,TOKO MERY,1,TOKO MITRA INDO,1,TOKO SCORPIO,1,TRANDING TOPIK,1,TRANSAKSI,1,TRAVELER,3,TRAVELING,23,TRAVELING. YOUTUBE,1,Trip,1,TSIM SHA SHUI,1,TSIM SHA TSUI,1,Tsim Tsa Shui,1,TSING YI,1,TSUEN WAN,2,TSUI,1,TSUI SING LAU,1,Tubuh,2,TUEN MUN,3,TUENMUN,1,TULIS,1,TULUNGAGUNG,1,TULUS,1,TUMAN,1,TUMO,1,TUMPENG,1,TUNG YICK MARKET,1,TUNTUNAN SHALAT,1,TURUN,1,tutorial,1,TUTUP,2,TUTUPP,1,twingkle twingkle little star,1,UKURAN SAKU,1,ULAMA SALAF,1,ULANG TAHUN,1,ULTAH,1,UMKM INDONESIA,1,UNBOXING,1,UNDANGAN PERNIKAHAN DIGITAL,1,UPAH,1,UPDATE,7,USG,2,UTHK,1,VAKSIN,3,VICTORIA HARBOUR,1,VIDEO PROMOSI,1,VIRAL,1,Virus,4,VLOG,2,VOI,1,VOICE OF INDONESIA,1,WA,1,WAH FU ESTATE,1,Wajah,1,WAJIB,1,WAKTU VAKSIN,1,WAN CHAI,1,WANCHAI,2,WANITA,1,Wardah,1,WARNA,3,WARTEG,1,WARUNG,1,WARUNG LAYANAN,1,WASPADA,1,WEBTOON,1,WECHAT PAY,1,WESTERN UNION,1,WESTKOWLOON,1,WET MARKET,2,WHAMPOA,1,WHATSAPP,2,Widget,2,WIG,1,WNI,2,WONDERFULL,1,WORD,1,WORDART,1,WORDCLOUDS,1,WORDITOUT,1,YAU TONG,1,YAUMATEI,1,YE JOI,1,youtube,11,YOUTUBER,1,YOUTUBER CHALLENGE,1,Yuen Long,8,YUKASIN,1,YUMI CELL,1,ZHIANG ZIE YIE,2,ZIYA,2,ZULKIFLI HASAN,1,
ltr
item
Zhiang Zie Yie: KAMAR TIGA SATU DELAPAN || CERPEN
KAMAR TIGA SATU DELAPAN || CERPEN
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjunpP0liqalcyJN6tZf2Q9eU0-wrnmsE9rnmjmnKtlgVJGl7diqk_SSKdwvj-6yzYKV1JwfM9sGxlMWAirNzQuRit3Bghefaq0bEt7KkJ179LMI_WLhbvTGDSwUNsgvKEU2PQfkj0RpoZYxir64solwNnE35_ldz7Z4yg5QsBP1xplnYrwt3Aumh_k=s320
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjunpP0liqalcyJN6tZf2Q9eU0-wrnmsE9rnmjmnKtlgVJGl7diqk_SSKdwvj-6yzYKV1JwfM9sGxlMWAirNzQuRit3Bghefaq0bEt7KkJ179LMI_WLhbvTGDSwUNsgvKEU2PQfkj0RpoZYxir64solwNnE35_ldz7Z4yg5QsBP1xplnYrwt3Aumh_k=s72-c
Zhiang Zie Yie
https://www.zhiangzieyie.com/2022/01/kamar-tiga-satu-delapan-cerpen.html
https://www.zhiangzieyie.com/
https://www.zhiangzieyie.com/
https://www.zhiangzieyie.com/2022/01/kamar-tiga-satu-delapan-cerpen.html
true
3263550911380837102
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy