Daya tarik darah saat pendonor yang takut akan infeksi menipis

 Donor darah telah turun 60 persen karena kekhawatiran tertular Covid - atau berada dalam suasana hati yang buruk - karena 80 persen mantan ...

 Donor darah telah turun 60 persen karena kekhawatiran tertular Covid - atau berada dalam suasana hati yang buruk - karena 80 persen mantan pendonor tetap belum melanjutkan kebiasaan itu, sebuah survei menemukan.

Society of Clinical Blood Management mewawancarai 452 orang berusia 18 hingga 50 tahun dari 19 Juli hingga 29 Juli, dengan 63 persen mengatakan mereka telah mendonorkan darah tetapi 78 persen dari mereka tidak melakukannya secara teratur.

Kelompok itu mengimbau masyarakat, mengatakan umur simpan darah bisa sesingkat lima hari dan darah buatan manusia masih dalam tahap penelitian sehingga tidak ada penggantinya.

Ini mendesak orang untuk menyumbangkan darah secara teratur ketika keadaan memungkinkan dan berharap bahwa Otoritas Rumah Sakit dan organisasi medis mengadopsi strategi untuk mengurangi penggunaan darah yang tidak perlu.

Selama pandemi gelombang pertama hingga keempat, frekuensi donor darah per donor menurun dari setahun sekali menjadi 0,4 kali setahun. Sekitar 87 persen pendonor tetap tidak mendonorkan darahnya selama gelombang kelima.

Di antara pendonor tetap yang mengatakan bahwa mereka kurang tertarik untuk mendonorkan darah, 71 persen takut terinfeksi dan 68 persen dalam suasana hati yang buruk. Sekitar 63 persen mengaku sudah lama tidak mendonorkan darah selama pandemi dan sudah kehilangan kebiasaan.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa responden memiliki kesalahpahaman, seperti layanan medis non-darurat yang dikurangi selama pandemi serta tidak mengetahui atau melebih-lebihkan periode penyimpanan darah.

Chow Yu-fat, mantan ketua masyarakat, mengimbau masyarakat untuk menjadikan donor darah sebagai kebiasaan lagi.

Dia mengatakan layanan transfusi darah reguler dan darurat tidak pernah terputus di bawah pandemi dan populasi yang menua telah menyebabkan peningkatan permintaan darah yang signifikan.

“Permintaan darah meningkat karena populasi kita yang menua, tetapi ada juga faktor penting lainnya: dengan kemajuan teknologi dan pengobatan medis, semakin banyak orang yang dapat diobati sehingga penggunaan darah semakin besar,” katanya.

Mengutip data Palang Merah Hong Kong, Chow mengatakan departemen penyakit dalam dan departemen geriatri mengkonsumsi darah paling banyak tahun lalu - 52 persen.

Betty Ho Pik-yee, salah satu anggota kelompok tersebut, mengatakan survei menemukan bahwa 73 persen tidak mengetahui darah buatan manusia masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.